Thursday, 13 February 2014

nice medicine

just want to share about my favorite medicine that i consume everyday. sorry about my grammar. just want to make all people (not only indonesia) read this.

so go straight to the point, i was having lunch a few weeks ago when i suddenly struggled to get to the end of what i was saying. i was coughing. my voice dipped faded or anything else that sounds creepy. within a week or so, i couldn't produce any voice or noise-_- and was forced into a very silent whisper. just like voldemort when talking to harry potter. or he's screaming? i don't know and i don't care anyway. i got fever, cough, and my throat getting itchy when i am trying to speak. so, i keep my mouth on silent mode. just eat fruits and vegetables. but it getting worse. i'm tired of silent. because of that, i'm trying to speak, scream, sing a song. a little bit hard for the first try but getting better day by day. and finally' here i am. staring at my laptop and singing my favorite song. with clearer voice than before *eaa

maybe you're asking, "so what's the medicine?"

it's happiness. it's about smiling, about doing what you wanna do not what the people ask you to do. on your worse time. thanks to God the most merciful, the most great. now finally i get my voice back.

yeah just wanna share this because i have no fucking idea what to write -_- umm are you bored with your playlist anyway? listen to cradle of filth, nymphetamine and temptation. it's really pecaaaaah *eh
oh once more! oh well oh well by mayday parade is pretty good ^^

love,
congs
I was having lunch a few months ago when I suddenly struggled to get to the end of what I was saying- my voice dipped and wouldn't come back. Within a week or so, I couldn't produce any noise and was forced into a soundless whisper. If I strained a bit, I could just about make a sound that could possibly be heard at very close range.
Read more at http://www.usingenglish.com/profiles/tdol/archives/asian-blog/#mfBbHtS1TjvtwfS5.99
I was having lunch a few months ago when I suddenly struggled to get to the end of what I was saying- my voice dipped and wouldn't come back. Within a week or so, I couldn't produce any noise and was forced into a soundless whisper. If I strained a bit, I could just about make a sound that could possibly be heard at very close range.
Read more at http://www.usingenglish.com/profiles/tdol/archives/asian-blog/#mfBbHtS1TjvtwfS5.99
I was having lunch a few months ago when I suddenly struggled to get to the end of what I was saying- my voice dipped and wouldn't come back. Within a week or so, I couldn't produce any noise and was forced into a soundless whisper. If I strained a bit, I could just about make a sound that could possibly be heard at very close range.
Read more at http://www.usingenglish.com/profiles/tdol/archives/asian-blog/#mfBbHtS1TjvtwfS5.99
I was having lunch a few months ago when I suddenly struggled to get to the end of what I was saying- my voice dipped and wouldn't come back. Within a week or so, I couldn't produce any noise and was forced into a soundless whisper. If I strained a bit, I could just about make a sound that could possibly be heard at very close range.
Read more at http://www.usingenglish.com/profiles/tdol/archives/asian-blog/#mfBbHtS1TjvtwfS5.99
I was having lunch a few months ago when I suddenly struggled to get to the end of what I was saying- my voice dipped and wouldn't come back. Within a week or so, I couldn't produce any noise and was forced into a soundless whisper. If I strained a bit, I could just about make a sound that could possibly be heard at very close range.
Read more at http://www.usingenglish.com/profiles/tdol/archives/asian-blog/#mfBbHtS1TjvtwfS5.99
I was having lunch a few months ago when I suddenly struggled to get to the end of what I was saying- my voice dipped and wouldn't come back. Within a week or so, I couldn't produce any noise and was forced into a soundless whisper. If I strained a bit, I could just about make a sound that could possibly be heard at very close range.
Read more at http://www.usingenglish.com/profiles/tdol/archives/asian-blog/#mfBbHtS1TjvtwfS5.99

jangan dibaca, diraba aja.


cerita ini tentang hidup gue, seorang anak hina yang ngaku-ngaku dirinya blasteran belanda Jogja. Dari mulai keluarga gue yang mencetak anak-anak abnormal serta pohon keluarga gue yang bercabang cabang. Dimana ternyata gue keturunan Salatiga Ngawi dan bukannya belanda Jogja, ambisi gue buat bisa nyekrim tapi malah kesannya gue lagi ngeden eek, cerita cinta gue yang nggak ada romantis-romantisnya, dan yang pastinya enggak jauh dari unsur nggak penting dan eloh eloh pada enggak perlu koprol sambil bilang wow. Hidup gue yang kayaknya baik-baik aja ternyata kriting bin gimbal. Gue yang polos dan imut ini mencoba menuangkan cerita hidup gue melalui bahasa yang totalitas minimalis yang sebenernya gue enggak ngerti artinya apa.  

cerita tentang apa ya enaknya? nyeritain mantan asik nih kayanya jumat jumat. *eh *sungkem sama mas pras* gapapa lah ya kan udah masa lalu. cuma mau berbagi aja siapa tau menghibur :)

Cacing Baik.
Gue sebenernya males buat cerita tentang orang ini di cerita profesional gue. Iya, nyantumin kakak kelas yang mukanya udah kaya lukisannya afandi. Abstrak. Gue juga males nyantumin orang yang ngajak gue kenalan dengan muka paling iuh cetar membahana badai gempa longsor ketakutan dan ngomong pake bahasa sansekerta kaya elo. Cowok yang gue nggak nyangka ada disekolah. Cowok yang keberadaannya nggak pernah gue sadari. Cowok yang pake kacamata Cuma buat gaya-gayaan. Cowok yang potongan rambutnya udah kaya duren kesetrum. Cowok yang nggak bisa ngomong ‘R’. Cowok yang mukanya itu muka-muka maho. Cowok yang jelek tapi unyu. Cowok yang pendek tapi ngangenin. Cowok ngilfilin tapi nggak pernah biarin gue jatuh.
Inget nggak? Waktu elo ngajak gue kenalan didepan kantin. Waktu gue, cicin, mami, barusan makan enggak bayar.
Tanggal berapa ya? lupa gue
“eh, alice ya?” elo ngomong sama gue, tapi elo ngeliatin sepatu gue. Gue jadi nggak yakin mau ngejawab pake kaki atau mulut.
“ee iya” gue ngomong masih dengan mulut menganga karena gue enggak nyangka nggak pernah liat elo selama gue dua taun di stm ini.
“bisa tinggalin kita berdua nggak?” sekarang elo malah nyolot ngusir temen gue.
“ah iya” cicin ngejawab nggak iklas yang kayanya juga heran ada orang kaya dia.
Sekarang tinggal gue sama orang hiperaktif ini.
“kayaknya kamu enak diajak ngobrol lis” dia mulai membuka pembicaraan.
“aah iya makasih” gue masih nganga.
“boleh minta nomer kamu?” dia masih tetep ngeliatin sepatu gue. Kalo nomer sepatu gue sih 37.
“ha?” gue masih agak kaget. Kalo gue bisa koprol, gue bakal koprol saat itu juga.
“iya nomer kamu, nggak usah grogi dong” dia ngasal njeplak. Disini yang kayanya kaya cacing kepanasan itu dia dan bukannya gue.
“kamu yang grogi” gue mulai jutek.
“ya? minta ya?” dia nyodorin hapenya ke gue. Gue masih tetep nganga walau akhirnya gue ngasih.
“makasih yaa!” dia Masih tetep ngeliatin sepatu gue.
“iya” gue berlalu pergi. Masih nganga.
Ini gue kaget apa emang dower sih?
Setelah kejadian membingungkan hari itu, gue ngejalanin hidup gue dengan normal. Inget, Yang normal hidup gue, kalo guenya masih tetep abnormal. Si cacing itu nggak sms gue. Ya baguslah, daripada gue tambah ilfil.
9 Oktober 2012
Gue lagi duduk duduk didepan kantin sama temen sekelas gue, yang pinter, yang lumayan keren, yang belum pernah duduk berduaan sama cewek. Kita ngobrol lumayan lama. Bangku sebelah ada kakak kelas kumpul gitu. karena kita risih, akhirnya kita mutusin buat cari tempat lain. Kira kira sekitar 12 meter dari tempat kakak kelas pada kumpul, temen gue itu pegang kepala gue sambil ngacak ngacak poni gue. Dunia jadi slowmotion gitu. tapi slowmotionnya udahan ketika gue denger ada ribut ribut dibelakang. Kumpulan kakak kelas itu teriak teriak nggak jelas dan gue enggak peduli. Hidup gue masih baik-baik aja sampe si Cacing sms gue. Karena gue nggak enak, gue balesin sms dia. pemikiran pendek gue tentang dia, udah nggak keren, aneh, pede banget lagi orangnya. dia udah bilang sama gue pada awalnya kalo dia Cuma mau temenan. Gue lega. Karena gue ngerasa enggak cocok, akhirnya gue jarang bales sms dia.
Sekitar 2 hari kemudian, gue dapet kabar dari temen gue, kalo si Cacing itu ngetweet ‘rasanya di php anak kecil itu kaya pengen nelen batu’ hah? Maksudnya gue gitu? gue enggak terima. Gue enggak ngasi dia harapan, gue juga enggak pernah ngasih dia batu buat ditelen. Gue coba klarifikasi sama dia. saat itu juga kita ketemu didepan kantin, kaya dulu.
“maksudmu tu apa to? Aku pernah php kamu ya?” gue to the point.
“hah? Tau darimana?” gantian dia yang nganga. Emang dia pikir Cuma dia yang punya twitter?
“aku kapan php in kamu?”
“kamu jarang bales smsku. Padahal kamu yang sms aku duluan”
Dia jarang smsan atau gimana sih? Gue sms dia duluan itu gue sms suatu sms yang emang sebenernya enggak perlu dibales. Nggak ngerti? Gue juga.
“kaya gitu php?” sekarang gue yang nganga.
“iyaa”
Ya Tuhan, dia lepas kacamata. Mendadak auranya keluar. Matanya, manis.
“kalo menurut kamu itu php, aku minta maaf, lagipula kamu juga niatnya temenan sama aku kan?” gue menekankan pernyataan dia dulu.
“iyasih” dia mengkeret. kayanya takut sama gue yang udah ngomong pake urat. Walau gue tersepona, gue harus tetep cool.
“maaf ya” dia minta maaf dengan muka termelas yang pernah seorang manusia tunjukin.
“iya nggak papa kok. Tapi jangan salah paham lagi lho” gue ngomong dengan lembut. Tapi gue udah siapin golok didepan leher dia.
“i .. iya” selain dia hiperaktif sekarang dia gagap. Gue nahan ketawa.
“kok pipimu merah e? Masih marah?” dia sok perhatian. Anjir itu jerawat nyet.
“enggak marah. Udah ya, gue cabut duluan” gue langsung ngambil tas dan pergi dari tempat garing itu.
Semenjak hari itu, gue nyoba buat bales smsnya.
13 Oktober 2012
Gue smsan sama si cacing kaya biasa. Perlahan lahan gue mulai bisa respect dia. tanggal itu, tanggal  13 Oktober 2012, dia lagi ngadem dikaliurang. Deket sama rumah gue. Rencana dia mau mampir bentar kerumah gue. Kebetulan gue juga ada makrab sama anak-anak SHC.
Dia sampe rumah gue agak sore. Dia pake kaos merah, jaket item, jeans kekecilan item, slayer item, keren. kita ngobrol kesana kemari diteras depan rumah gue. Temen gue yang udah janjian jam 4 sampe maghrib belum nongol. Karena udah waktunya sholat, gue ngajak si cacing sholat. Sebenernya dari jam 5 gue udah ngusir dia secara halus. Kaya bilang kucing gue mau melahirkan. Kalo liat cowok baru bawaanya pengen pengen ngelahirin di teras. Kalo  ngelahirin diteras, gue bakal kena semprot enyak. Dia tetap diam ditempat nggak berkutik. Sindiran kedua, gue bilang gue pengen boker, kalo ada dia gue jadi enggak leluasa karena ninggalin tamu. Dia malah ngeliatin gue. Ilfil. Alasan ketiga, gue bilang bapak gue mau melahirkan, mau nganterin dia kebidan. Dia enggak percaya. Akhirnya gue nyerah. Jadilah seonggok cacing itu dirumah gue sampe malem.
Kita sholat maghrib dulu. dia ngimamin gue. Dia cowok pertama yang ngimamin gue. Gue sebenernya geli karena dari belakang dia tambah keliatan pendek. Gue berdoa buat dia biar bisa tinggi. Habis sholat, kita ngobrol bentar dan dia langsung gue suruh pulang karena temen gue udah pada dateng.
“daa cing” gue ngucapin salam perpisahan sambil nepuk helm dia pake kunci inggris.
17 Oktober 2012
Tanggal itu gue ada acara buat nyambut yang pada ASE atau asean student exchange. Gue jadi kaya semacam paduan suara gitu. gue malu tapi gue harus. Kalo kalian liat cewek cantik pake jas almamater osis, hem putih, rok item, rambut lurus sebahu, Itu bukan gue. Gue manusia buluk disebelahnya.
Sekitar 45 menit kita tampil, kita mulai ngedrop kantin kaya kebo. Gue juga masih smsan sama si cacing. Dia bilang pengen ketemu, mau ngasi sesuatu. Gue disuruh nunggu didepan perpus. Gue manut aja sekali kali gue baik sama dia. kira-kira ngasi apaan ya? cincin kawin? Lamborgini? Voucher belanja?
Itu dia si cacing. Walaupun dia ditengah keramaian dia tetep keliatan. Bukan karena ganteng atau gimana, tapi karena dia jalannya sambil gangnam style.
“mau ngasi apaan? lama banget e? Padahal tadi kamu nyuruh buru-buru” gue langsung nyerocos karena dia kelamaan.
“ini, dengerin dirumah ya” dia ngasi memorycard. Gue penasaran. Apa dia bikin lagu gitu? atau malah bokep?
Siang itu Gue ngelilingin sekolah karena nggak tau mau ngapain. Mau ikut pelajaran lagi males. Akhirnya gue mangkal lagi ditempat makan sama cicin. Gue penasaran sama isi memorycardnya. Akhirnya gue buka. Disitu ada lima lagu. Judulnya udah pada diganti. Gue puter satu yang paling atas.
Ribuan hari aku menunggumu, jutaan lagu tercipta untukmu..
Sheila on 7. Gue terharu walau bukan bokep atau cincin kawin. karena cara ngasi dia itu beda  dan lagunya juga kena banget. Entah tuhan tau gue lagi pengen galau atau gimana, hujan turun deres banget.
Masih adakah celah dihatimu, yang masih bisa ku tuk singgahi,
Cobalah aku kapan engkau mau.
Nah liriknya yang itu ambigu. Hujan deres, lagu galau, kebelet pipis. Lengkap sudah. Lagu kedua yang gue puter, You And Me nya Lifehouse.
What day is it? And then what month how this clock never seemed so alive?
I can’t keep up and i can’t back down i’ve been losing so much time.
Cause it’s you and me, and all of the people with nothing to do, nothing to lose,
And it’s you and me, and all of the people and i don’t know why,
I can’t keep my eyes offer you.

21 Oktober 2012
Gue main ke Kaliurang sama cacing seharian. Gue curhat banyak banget sama dia. kita ke gardu pandang. Digangguin sama rombongan orang piknik, kita ke telaga putri. Jalan-jalan liat monyet. Gue enggak ngerti kenapa gue liat monyet padahal dideket gue udah ada monyet. Kita naik ke penangkaran burung. Dijalan Gue cerita tanpa spasi. Gue ngerasa nyaman sama dia. dan gue enggak tau itu sebagai temen atau lebih.
Kita duduk lama di telaga putri. Nyanyiin lagu kita, Your Guardian Angel kaya orang gila.
“i will never let you fall” sumpah suara dia kaya kambing sebelah rumah.
“i’ll stand up with you forever..” kalo suara gue sih, kaya kambing gue sendiri. Emang gue punya kambing ?
“i’ll be the re for you through it all, even if saving you sends me to heaven”
“cause you’re my, you’re my, my true love”
“my whole heart, please don’t throw that away ..”
“cause i’m here, for you”
“please don’t walk away, please tell me you stay .. “ kita nyanyi saut sautan. Udah berasa ridho roma sama roma irama.
“use me as you will, pull my strings just for a thrill, and i know i’ll be okay, though my skies are turning gray .. “
Kita bahas banyak lagu. Dari mulai campur sari sampe hardcore. Kita ngobrolin tentang hidup, resolusi kita. Obrolan ringan yang menyenangkan.
Kita pulang sekitar jam 4. Suasana udah kaya maghrib. Mendung dan dingin banget. Gue pengen cepet-cepet mandi dan tidur. Tapi sekali lagi, dia enggak langsung pulang. Dia main bentar kerumah gue. Muka gue udah gue tekuk 17. Seharian liat orang hiperaktif kaya dia. mungkin dia sadar dan langsung pulang. Gue jahat banget.
Seharian otak gue inget satu kalimat dari dia.
dia nggak pernah betah main sama cewek selain gue.
1 November 2012
gue sakit. Flu, demam, batuk dan kawan-kawan. Gue enggak berangkat sekolah. Gue Cuma tidur seharian bergumul sama guling. Harusnya si Cacing tau gue sakit tanpa gue bilangin. Tapi sebenernya gue enggak tau siapa yang mengharuskan. Gue bete. Dan lagi, dia bukannya bikin gue ngerasa terhibur tapi malah bikin gue tambah bete. Smsnya nyebelin banget. Gue jadi tambah bete banget nget. Gue males. Gue nggak bales smsnya. Daripada gue tambah badmood dan bunuh keluarga gue sendiri.
Dia bingung nyariin gue. Bodo amat. Siapa yang suruh dia bikin gue sebel? Seharian gue smsan sama mahluk-mahluk menyenangkan yang lain. Sampe sorenya dia telfon gue.
“halo?” kebiasaan dia kalo telfon mesti bilang halo duluan.
“hn?” gue ngejawab dengan nada gue paling serem.
“keluar o sebentar?” suaranya agak nggak jelas.
“kenapa?” kata gue ketus.
“ya pokoknya keluar bentar. Please..”
Akhirnya gue keluar dan ngeliat sesosok orang pendek, dekil, item, berdiri didepan rumah gue. Dan saat itu gerimis. Suasana remang-remang. Pokoknya so sweet gilak. Oke kembali ke gue ngeliat sesosok mahluk didepan rumah gue. Gue penasaran itu hantu bogel atau si cacing. Dengan ragu-ragu, gue jalan ke gerbang. Gue siap siaga kalo tiba-tiba sesosok mahluk itu ilang atau malah nyulik gue. Waktu gue udah didepan dia, dia nyodorin golok. Gue histeris.
Ralat.
Waktu gue udah didepan dia, dia nyodorin boneka kelinci pink. Ada suratnya. Bonekanya bawa love dengan tulisan ‘with shit’
Ralat.
‘with love’
Belum sempet gue ngucapin makasih, dia lari gitu aja terus nangkring dimotor. Dia dibonceng. Gue masih nggak ngerti. Gue juga masih berdiri di gerbang. Dan lagi, Gue masih pesek. Gue masuk kerumah, kekamar, ngeliat surat dia.
Gue Homo dan Gue Bangga J
-cacing
Ralat.
Cepet Sembuh ya J
-cacing
gue terharu. Gue ngerasa bersalah. Gue udah negatif thinking dulu sama dia.
15 November 2012
Gue sama cacing udah makin deket. walaupun masing masing diantara kita masih menyebut satu sama lain ‘sahabat’
Siang itu gue nggak nyangka dia bakal dateng kerumah gue dengan dandanan paling upay. kemeja putih, kaos putih bergambar, jeans, dan kacamata gaya gaya dia. dan wangi sabun mandi. Gue curiga.
Dia tiba-tiba nyelonong masuk dan duduk padahal belum gue persilahkan. Dia langsung pasang headset ditelinga. Ini orang mau numpang tidur siang? Ternyata dugaan gue salah. Dia masangin satu headset di kuping gue. Dan mulailah terdengar alunan lagu Sheila On 7 yang  Jadikanlah Aku Pacarmu. Gue yang imut dan polos nggak ngerti apa-apa malah ngelepas headset.
“apaan to?” gue bingung. Gue juga nggak enak kalo diliat sama enyak gue.
“dengerin sebentar aja”
Gue pasang lagi headsetnya. Sambil dengerin lagu, dia mulai ngomong.
“maaf ya, aku salah kalo selama ini bilang Cuma mau jadi temenmu, sahabatmu, aku sekarang tau gimana cinta yang bener. Cinta yang ada prosesnya. Aku kenalan sama kamu, aku deket sama kamu, aku berantem sama kamu, deket lagi. Aku jatuh, dan aku merangkak naik lagi. Sekarang aku pengen bikin semuanya jelas”
Dia ngelepas headset dan deketin mukanya ke kupingku.
“alicia, kamu mau nggak jadi pacarku? Aku boleh enggak jadi pacarmu?” dia ngomong sambil bisik-bisik.
Gue ngakak liat muka dia yang kombinasi antara melas dan sengak disatu tempat yang sama. Dan dari angle yang ini, muka dia itu tengeng-tengeng jelek ngilfilin gimana gitu. bertepatan setelah dia bilang gitu, enyak gue pamit mau jemput adek yang artinya gue bakal Cuma berdua sama si Cacing Hiperaktif ini. Gue takut. Gue ngerasa hawa cabul dia semakin kuat.
“nggak harus jawab sekarang kan?”
“harus. Kalo iya jawab iya, kalo enggak jawab enggak. Kalo kamu nolak aku, aku rencana mau keluar negri” dia maksa. Dan cara maksa dia itu bikin gue enggak ngerasa dia lagi maksa.
“3 hari lagi”
“1 hari lagi” dia ngeyel.
“4 hari lagi” gue tambah ngeyel.
“2 hari deeh” dia mulai horor.
“5 hari lagi” gue mulai goda dia.
“haah kamu itu. Bonekanya apa kabar?”
Disaat dia tanya gitu, ada telfon masuk di hape gue. Mati mak. Ini cacing gue yang lain *eh *makudnyaapa. Gue mau ngangkat nggak enak.
“bentar ya,” gue langsung masuk kekamar dan angkat telfon.
“halo?”
Nggak ada jawaban. Gue dapet sms dari sahabatnya gebetan gue itu kalo gebetan gue lagi mabuk. Gue panik. Gue pengen cepet si Cacing pergi.
“cing, janji ya? habis gue jawab, elo langsung pergi.” Gue teriak dari kamar.
“haaah? Iyaa deh iya” dia kaya keluar rumah.
“iya aku mau”
Hening.
“ciing? Mati lu?”
“he? Apaan? aku nggak denger” gue kecewa. Momen dimana harusnya dia jingkrak jingkrak malah harus gue ulang.
“sialan. Iya gue mau. Iya” gue jawab singkat. Keburu gebetan gue mati.
“beneran?! Makasih lis makasih!” dia langsungg keluar dan cabut entah naik apa.
Gue masih enggak yakin sama jawaban gue sendiri. Karena jelas jelas gue punya gebetan. Semoga dengan seiring berjalannya waktu, gue bisa sayang sama dia.
Setelah kita jadian, gue cukup nikmatin saat saat sama cacing. Dia baik, dia penuh pengorbanan, dia manis. Gue enggak nyangka bisa jadi pacarnya dia. karena apa? Kebanyakan pacar gue itu orang-orang yang gue ngefans berat. Tapi cacing? Gue Cuma niat temenan sama dia. tapi dia, dia berhasil bikin gue suka sama dia. sayang sama dia.