Saturday, 1 June 2013

Gue Orang Penting


gue enggak pernah yang namanya jadi anak Osis ataupun organisasi-organisasi disekolah. Bukan karena gue ngerasa itu nggak penting, bukan karena gue ini tipe manusia radikal kapitalis yang gue enggak ngerti apa artinya, bukan karena gue jerawatan, bukan karena gue belekan juga. Tapi karena nggak ada yang percaya sama gue buat jadi orang penting semacam itu. Gue enggak masalah sama mindset orang yang kaya gitu.
“nduk, kenapa to kamu nggak pernah mau jadi staff osis?” tanya bapak gue yang mulai menghawatirkan masa depan gue.
“bukannya aku nggakmau, tapi karena aku tu bukan tipe orang yang betah sama suatu sistem pak. Aku pengen ngerubah dunia pake caraku sendiri” gue njawab sok pinter. Bapak gue Cuma manggut-manggut. Adek gue malah wow sambil bilang koprol.

“gimana jal caranya?” tanya adek gue sengak. Gue gelagapan sih. Tapi gue tetep stay cool.
“pertama yang mau gue rubah itu orang-orang pemerintahnya. Terutama DPR kita”
“wow. Apanya yang dirubah mbak?” adek gue bikin emosi.
“gue pengen rubah model rambut mereka. Gue harusin DPR-DPR kita itu potongan rambutnya oldschool kalo enggak oldsbuilding gitu” gue bloon. Adek gue Cuma bisa njungkel sambil kejang. Bapak gue masih manggut-manggut sok ngerti.
Bukannya gue ini enggak ikut organisasi sama sekali. Gue ikut beberapa ekskul disekolah yang menurut gue enggak bikin gue makin abstrak. Kaya SHC, balakra, sama satu lagi. TATIB. Tatib ini enggak bisa dibilang ekskul karena tata letak sistem nya itu menggunakan asas trapezoidal.
Gue ngomong apaan sih?
Kembali ke tatib. Gue juga udah dipercaya buat jadi calon koordinator tatib buat nggantiin Mbak Giselle yang udah mau pensiun. Gue sebenernya ogah banget. Gue udah bisa bayangin hari-hari gue yang ceria jadi suram gara-gara rapat tiada henti. Tapi gimana lagi, hati nurani gue selalu gue utamakan. Gue enggak tega ngeliat muka Mbak Giselle yang udah kaya Mbak-Mbak mau pensiun jadi koordinator. Gue menyetujui buat jadi koordinator. Gue harus melewati beberapa tes wawancara.
Gue kepilih.
Secara emang calonnya cuman gue.
Sekarang Gue resmi jadi koordinator tatib. Dan semua bayangan menyebalkan gue tentang organisasi terealisasikan. Gue sibuk. Gue tambah kurus dan gue nggak ngerti apa-apa. Setiap kali rapat, semua orang ngomong dengan penuh wibawa dan dihormati. Tanggapan-tanggapannya juga serius. Sedangkan giliran gue? Gue kaya jadi semacam kelik pelipur lara disana. Gue dikira ngelawak. Gue sakit.
Banget.
Gue males. gue mulai lalai sama tugas gue. Gue enggak peduli karena enggak ada yang peduli. Gue capek. Mendingan sekarang gue bunuh diri.
Oke gue lebay.
Soundtrack gue saat itu adalah The Beatles yang The Long And Winding Road.
Hari itu, hari ketika gue seharusnya menentang dan membenci organisasi, gue malah terharu. Bangga. Enggak nyangka. Gue dapet surat undangan buat rapat. Dan eloh tau apa? Di suratnya itu tertulis,
Yang Terhormat Koordinator Tim TATIB siswa di tempat.
Gue terhormat dan gue ditempat! Gue heboh dan merasa teristimewa. Gue foto surat itu. Gue elus-elus dan gue ilerin juga. Pandangan gue tentang organisasi berubah 360 derajat karena hal kecil ini. Gue ngerasa dapet kekuatan buat ngewujudin alice yang bener-bener terhormat. Hari itu gue berangkat rapat karena dua alasan. Alasan utama adalah disana ada satu mahluk ganteng dan alasan kedua adalah disana bakal dapet konsumsi.
Waktu rapat, gue bicara didepan dengan penuh percaya diri. Kaki gue enggak gemeter kok. Tangan gue juga enggak dingin. Muka gue juga tetep mirip sama Angelina Jolie. Gue bicara penuh percaya diri dan penuh keidiotan juga.

Tuhan gue pengen nikah *eh

No comments:

Post a Comment